Memahami Konsep Halalan Thoyyiban

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan supaya kita hanya mengonsumsi makanan/minuman yang halal dan thoyyib. Hal ini kemudian ditafsirkan dalam bahasa medisnya sebagai makanan yang halal, higienis, dan sehat. Namun apakah konsep halal dan thoyyib ini hanya berlaku untuk setiap apa yang kita konsumsi? Ternyata tidak juga. Konsep ini nyatanya bisa kita aplikasikan dalam setiap aspek kehidupan kita. Dari urusan makanan, pergaulan hingga kehidupan berorganisasi dan penyelenggaraan negara membutuhkan konsep ini. Membuktikan pada kita bahwa tiap rumusan dan konsep yang ada di dalam Al-Qur’an betul-betul mendalam dan meluas cakupannya sehingga bisa menjadi solusi atas setiap problem yang kita, secara individu dan bangsa, hadapi.

Halal berarti sah atau legal secara hukum. Orang yang bekerja mencari uang, bisa kita katakan halal uangnya jika pekerjaannya memang sah secara hukum syar’i. Artinya, tidak melanggar hukum syar’i ditinjau dari apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Adapun thoyyib berarti baik. Baik pengelolaannya dan baik pula pengawasannya. Bahasa kerennya: Integritas, yang mencakup padanya kejujuran, kebenaran, dan profesionalisme. Jadi, jika saya seorang pekerja yang bekerja secara halal dan thoyyib, artinya pekerjaan saya sah secara hukum, saya kerjakan pekerjaan itu dengan baik, dan pekerjaan itu pun baik buat saya. Boleh juga kita gunakan istilah “dari-oleh-untuk”, dari sisi hukum sah, oleh saya kerjakan dengan baik, dan untuk saya pun itu baik.

Sekarang bagaimana mengaitkan konsep halalan thoyyiban ini dengan urusan penyelenggaraan negara?

Sebagaimana lazim diketahui di kalangan ahli hukum tata negara dan siapa saja yang mengikuti perkembangannya, bahwa teori-teori mengenai penyelenggaraan negara oleh pemerintah telah berkembang dari sekadar legal gouvernance menjadi good gouvernance. Jadi, di abad 21 ini, pemerintah yang sah secara de jure dan de facto saja tidak cukup, tapi perlu penyelanggaraan yang baik dan berkeadilan juga. Pemerintahan yang berintegritas. Inilah yang saya maksud sebagai konsep Halalan Thoyyiban dalam penyelenggaraan negara oleh Pemerintah, yaitu Pemerintah yang legal-formal dan berintegritas. Bagaimana suatu pemerintah tidak hanya sah secara hukum nasional dan internasional, tapi juga dalam penyelenggaraannya bersih, baik, dan profesional.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Indonesia menganut sistem pemerintahan yang otoriter. Hal itu dimungkinkan sebab tingkat peradaban Bangsa kita saat itu memang mengharuskan adanya kepemimpinan seseorang yang “kuat”. Berbeda dengan di masa Orde Lama yang penuh konflik politik, keadaan di masa Orde Baru secara politik dan ekonomi terbilang stabil sebab pemerintah, dalam hal ini Presiden, dengan kecanggihan politiknya mampu memanipulasi birokrasi dan militer menjadi suatu kekuatan pendukung setia Presiden yang teramat kuat. Namun seiring berjalannya waktu, ketika rakyat sudah makin naik kelas, lama-lama rakyat pun kian menyadari bahwa Pemerintahan yang berkuasa saat itu tidak mencerminkan suatu good government. Rakyat pun menghendaki adanya perubahan kearah yang lebih demokratis lewat reformasi tahun 1998. Era otoritarian pun berakhir.

Sejak saat itu, pemerintah bersama militer dan rakyat, menyatakan hendak berbenah diri menjadi sebuah bangsa yang demokratis. Isu yang paling hits saat itu adalah tentang menyelanggarakan suatu pemerintahan yang berkeadilan, bersih dari praktik KKN, dan menjunjung tinggi HAM. Euforia reformasi demokrasi dirasakan dimana-mana hingga beberapa tahun berikutnya, sebab rakyat menaruh harapan besar kepada negara akan masa depan mereka yang lebih cerah. Namun dengan banyaknya skandal yang melibatkan para pejabat tinggi dan politisi di negeri ini, lemah dan tidak adilnya penegakan hukum, dan kesenjangan ekonomi yang makin melebar, muncul kekhawatiran akan lahirnya fenomena democratic fatigue di masyarakat yang pada saatnya nanti, cepat atau lambat, akan melahirkan kembali satu bentuk baru dari reformasi.

Tanda-tanda akan lahirnya suatu reformasi yang baru ini bisa kita baca dengan banyaknya tulisan dan gambar yang tersebar di banyak media yang digambarkan dengan istilah “lempar jumroh”. Istilah ini muncul sebagai gambaran akan aksi lanjutan dari aksi “thawaf” 411 dan aksi “wukuf” 212 yang fenomenal itu. Aksi-aksi ini muncul sebagai respon atas lambat dan tidak jelasnya sikap pemerintah terhadap penistaan Al-Qur’an dan Ulama yang dilakukan oleh Gubernur Ahok. Rakyat, khususnya Umat Islam, merasakan ada yang tidak beres dalam penegakan hukum di Negara ini. Isu ini juga diperkuat dengan dugaan bahwa PKI atau ideologi komunisme kembali bangkit sementara Pemerintah dianggap seolah tidak peduli dengan isu ini. Rakyat semakin tidak percaya dan menduga yang macam-macam.

Ini tentu berbahaya. Pemerintah, setidaknya menurut saya, sudah salah langkah dalam bidang politik, hukum dan keamanan, atau setidak-tidaknya salah dalam mengomunikasikannya dengan rakyat. Meski begitu, langkah “lempar jumroh” atau reformasi yang baru bukanlah pilihan yang tepat. Buat saya, kata “reformasi” hanyalah bentuk halus dari “revolusi” yang berdasarkan sejarah, terbukti rakyat kita tak mampu mengatasinya. Baik reformasi dan revolusi, meskipun dikemas dengan bungkus “perbaikan”, sebetulnya bersifat dekonstruktif. Merusak. Sehingga untuk merekonstruksinya butuh proses yang berbelit-belit dan waktu yang sangat lama. Kasarnya, tidak efektif.

Dari sini, kita perlu belajar sejarah dari para pelaku sejarah terbaik. Para Nabi dan Rasul. Tercatat dalam sejarah, kebanyakan para Rasul itu diutus kepada kaum-kaum yang dipimpin oleh penguasa yang zhalim. Diantaranya yang paling masyhur adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Musa yang diutus untuk mendakwahi raja-raja yang amat berkuasa sekaligus amat zhalim, pun demikian Allah SWT memerintahkan keduanya untuk bersikap lembut dan bijak. Hal yang sama dilakukan oleh panutan terutama dan pertama kita, Nabi Muhammad, yang bahkan dengan sangat sabar selama 13 tahun berdakwah dengan lembut dan bijak di bawah tekanan luar biasa oleh penguasa.

Nah, ketika kita perhatikan sejarah para Rasul itu dengan seksama, tidak ada seorang pun dari mereka yang melakukan atau bahkan sekadar membolehkan reformasi dan atau revolusi. Daripada melakukan revolusi, semuanya lebih memilih untuk berhijrah sebab sadar sepenuhnya bahwa revolusi pada hakikatnya bersifat dekonstruktif. Para Rasul itu melakukan perbaikan dan pembinaan dari bawah, dengan keimanan, kerja keras, dan kesabaran. Hal itulah yang mestinya kita upayakan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Konsep Halalan Thoyyiban itu bisa kita upayakan untuk kita terapkan mulai dari diri sendiri, keluarga kita, kemudian masyarakat di sekitar kita. Mulai dari hanya berkata dan bertindak yang sah secara hukum, dan menjadi pribadi yang berintegritas lalu mendidik siapapun yang terdekat dengan kita untuk turut pula menjadi pribadi yang Halalan Thoyyiban. Memang tidak mudah, namun bisa kita upayakan. Semoga Allah SWT bimbing kita semua.

Fitnah

Umat Islam diserang!

Ini era fitnah dan kesengsaraan!

Di Myanmar, Cina, Suriah, Irak, Palestina, bahkan Eropa dan Amerika Serikat yang mengaku sebagai pemimpin demokrasi, Umat Islam mengalami teror dan intimidasi. Darah seperti tiada harganya. Umat Islam dizhalimi, namun media massa justru menggambarkan Islamlah yang menzhalimi. Ini kezhaliman diatas kezhaliman. Kezhaliman yang bertumpuk-tumpuk, bergunung-gunung, kezhaliman yang tiada henti menimpa Umat Islam.

Di tengah keadaan yang kian kacau ini, Saya semakin percaya bahwa dunia ini kian mendekati akhirnya. Saya buka buku-buku dan catatan-catatan yang ada, mengenai akhir zaman berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad, semata-mata sebagai pengingat bahwa waktunya memang sudah tidak lama lagi. Dan perang, sesuatu yang paling tidak kita harapkan, mau tidak mau, akan segera terjadi.

Disebutkan di dalam Shahih Bukhari (Kitab Fitnah), bahwa akan terjadi peperangan diantara dua kelompok besar yang masing-masing memiliki seruan yang sama. Saya menangkap bahwa perang yang dimaksud adalah perang antara Islam Sunni dan Islam Syiah. Kenapa? Sebab dua kelompok ini mengklaim bahwa pihaknya lah yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Perang ini akan menjadi penentu, kelompok manakah yang sebenarnya diridhai oleh Allah SWT. Faktanya, peperangan bahkan sudah dimulai di Yaman dan Suriah. Ini baru permulaan.

Setelah itu, disebutkan di dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa Umat Islam akan bersekutu dengan Romawi untuk mengalahkan suatu musuh. Ada yang berpendapat bahwa Romawi adalah Rusia, sebab setelah kejatuhan Byzantium di Konstantinopel, pemerintahan mereka dipindahkan ke Rusia menjadi Tsar Rusia. Ada pula yang berpendapat bahwa Romawi disini adalah Romawi modern, yaitu Eropa dan Amerika Serikat (NATO). Pendapat terakhir mengatakan bahwa Romawi adalah Umat Nashrani secara umum.

Dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, muncul beberapa teori tentang siapakah musuh yang dimaksud.

  1. Jika Umat Islam bersekutu dengan Rusia, bisa jadi musuh yang dimaksud adalah Amerika Serikat dan Eropa, yang selama ini menjadi rival Rusia dan seringkali dianggap sebagai “musuh dalam selimut” bagi Umat Islam.
  2. Jika Umat Islam bersekutu dengan Eropa dan Amerika Serikat, maka sebaliknya, musuh yang dimaksud adalah Rusia yang selama ini menjadi rival Amerika Serikat (dan sekutunya) dan juga “musuh dalam selimut” yang akhir-akhir ini bahkan sudah menampakkan taringnya di Suriah.
  3. Jika Umat Islam ternyata bersekutu dengan Umat Nashrani secara umum, bisa jadi musuh yang dimaksud adalah Komunisme yang menjadi musuh bebuyutan sejak lama bagi dua agama ini. Itu artinya, perang yang dimaksud adalah perang melawan komunisme. Perang melawan Rusia, Cina, Korea Utara, dan sekutu-sekutunya. Barangkali teori ketiga ini yang mendekati kebenaran karena di hadits lain disebutkan bahwa Umat Islam akan berperang melawan kaum yang matanya sipit dan hidungnya pesek, mirip Cina dan Korea Utara.

Peperangan ini akan dimenangkan oleh Koalisi bersama Umat Islam dan Umat Nashrani. Nah, ketika mereka hendak merayakan kemenangan mereka di sebuah daerah di Suriah, seorang prajurit Nashrani mengangkat salib sambil berseru “Salib sudah menang!”. Seorang prajurit Muslim yang hadir, merasa  sakit hati, baginya peperangan dimenangkan bersama dan tidak sepantasnya masing-masing mengunggulkan kelompoknya sendiri, lantas ia pun membunuh prajurit Nashrani itu. Perjanjian persekutuan pun dibatalkan.

Esok harinya, Umat Nashrani yang terdiri dari 80 negara mengerahkan pasukan sebesar 960.000 prajurit untuk menghancurkan pasukan Umat Islam. Perang Salib Akbar. Inilah Perang Dunia Ketiga. Di hari pertama, Umat Islam kalah. Demikian pula di hari kedua. Namun di hari ketiga, keadaan berbalik, sebagaimana yang telah dijanjikan, Allah memenangkan Umat Islam. Pasukan Islam pun bergerak menuju Vatikan City dan berhasil menguasainya. Ketika melewati Konstantinopel (Istanbul), Umat Islam menyerukan takbir dan tahlil, lantas dinding-dinding kotanya runtuh dan Turki yang sekuler kembali ke pangkuan Islam.

Dua perang besar yang berlangsung diatas akan mengerahkan seluruh kekuatan teknologi militer yang dimiliki setiap negara. Itu sebabnya saat perang melawan Dajjal nanti, persenjataan militer modern berkurang sehingga banyak yang kembali menggunakan persenjataan tradisional. Saya lebih condong kepada pendapat ini ketimbang pendapat yang mengatakan bahwa persenjataan akan kembali menjadi tradisional secara mutlak. Buat saya, apa sebab ilmiahnya?

Tidak lama setelah kemenangan yang gemilang itu, Dajjal datang bersama 70.000 Yahudi Iran. Dajjal adalah fitnah terbesar yang akan dihadapi oleh setiap orang beriman. Ia mampu menghidupkan orang yang sudah mati, menurunkan hujan, menciptakan kesuburan, dan menumbuhkan pepohonan. Awalnya ia keluar menyeru kepada Islam, lantas kemudian mengaku sebagai nabi, dan terakhir mengaku sebagai tuhan. Dajjal bertubuh kekar, namun gemuk dan pendek. Berambut kusut, buta mata kanannya, dan tertulis di antara kedua matanya “Ka Fa Ra” (dalam Bahasa Arab).

Dajjal akan mengelilingi bumi seluruhnya, kecuali Makkah dan Madinah, hanya dalam tempo 40 hari. Sebagian ahli hadits menyebutkan ini adalah majaz. Artinya, sebagaimana dalam hadits yang menyebutkan bahwa hari pertama ibarat setahun, hari kedua ibarat sebulan, dan hari ketiga ibarat seminggu, maka sebetulnya Dajjal mengelilingi bumi dalam tempo 1 tahun 2 bulan 2 pekan, atau setahun dua bulan setengah. Buat saya, ini lebih masuk akal. Sebab meski Dajjal memiliki kekuatan luar biasa, namun para pengikutnya yang begitu banyak tidak disebutkan memiliki kekuatan yang serupa, artinya bahwa mereka manusia biasa yang tentu butuh waktu dan tenaga untuk berkeliling dunia. Juga bahwa misi utama Dajjal adalah berdakwah yang tentu butuh waktu banyak, apalagi disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memasuki setiap rumah di bumi kecuali Makkah dan Madinah.

Singkat cerita, Dajjal akhirnya tiba di Palestina. Ia disambut oleh Umat Yahudi disana lalu diadakan pesta kebesaran untuknya. Dajjal, bagi Umat Yahudi, dipercaya sebagai penyelamat. Umat Islam pun berkumpul di Suriah, ketika sedang bersiap-siap, Isa Al-Masih turun bersama dua malaikat. Isa Al-Masih pun memimpin Umat Islam bertempur melawan pasukan Dajjal. Inilah Perang Armaggedon, perang terakhir diatas muka bumi. Ketika Dajjal melihat Isa Al-Masih, gemetar badannya menyadari bahwa maut telah datang. Untuk berlari pun ia tak kuat, apalagi mengangkat senjata, namun Allah menakdirkan ia mati di tangan Isa Al-Masih.

Setelah Dajjal terbunuh, Umat Islam memburu seluruh pasukannya. Semuanya dibunuh tanpa menyisakan suatu apapun. Salib-salib dihancurkan, babi-babi dibunuh, pajak dihapuskan, dan semua manusia di muka bumi ini memeluk Islam. Namun di saat seperti itu, Ya’juj Ma’juj datang dari sekitaran pegunungan Kaukasia. Mereka berjumlah sangat banyak, merusak bumi, dan membunuh siapapun yang ada di hadapan mereka. Umat Islam ketakutan. Bersama Isa Al-Masih dan Imam Mahdi, mereka naik ke puncak gunung Sinai untuk berlindung. Isa Al-Masih menyadari, bahwa bertempur dengan Ya’juj Ma’juj adalah sia-sia karena terlampau jauhnya jumlah personil dan kurangnya persiapan, maka Isa Al-Masih berdoa kepada Allah untuk membinasakan Ya’juj Ma’juj hingga tak tersisa.

Bumi pun menjadi bersih. Bersih dari dosa dan kekafiran membuat bumi menjadi indah, persis seperti pertama kali ia diciptakan. Tidak ada lagi pertumpahan darah, bahkan hewan pun saling mengasihi satu sama lainnya. Isa Al-Masih bersama Umat Islam selama 40 tahun sebagai pemimpin yang menjalankan Syariat Nabi Muhammad. Damai dan makmurnya bumi dalam waktu yang lama membuat generasi-generasi berikutnya lupa diri. Allah SWT lantas menghembuskan angin untuk mencabut nyawa setiap orang yang beriman hingga tidak tersisa. Kemaksiatan merajalela dengan cepat. Saat itulah, hari Jumat, Allah menghancurkan alam semesta.

Semoga Allah menjaga kita semua dari fitnah dunia, fitnah Dajjal, adzab kubur, dan adzab neraka. Amin

Catatan : Semua cerita diatas berdasarkan hadits-hadits shahih, namun penjabaran yang meliputi teori dan kemungkinan yang ada adalah tafsiran para cendekiawan. Sengaja tidak disebutkan hadits-haditsnya untuk mempersingkat. Hadits-haditsnya bisa dicek sendiri.

Rabu, 23 November 2016

 

 

Perlukah Harga Rokok Naik?

Harga rokok yang murah dinilai jadi salah satu penyebab tingginya jumlah perokok di Indonesia. Harga rokok yang tidak sampai 20 ribu misalnya, membuat banyak sekali pelajar di bawah umur dan mereka yang perekonomiannya kurang sama sekali tidak susah untuk membeli rokok. Menurut data BPJS, sebagian besar pasien menggunakan klaim BPJS mereka untuk penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh rokok. Kasarnya, untuk penyakit yang dibuat sendiri. Atas dasar itu, Pemerintah mengeluarkan peraturan harga rokok sebesar 50 ribu rupiah.

Wacana kenaikan harga rokok ini bermula dari hasil studi yang dilakukan oleh Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dari studi tersebut terlihat adanya keterkaitan antara harga rokok dan jumlah perokok. Lewat survey yang dilakukan kepada seribu orang perokok, 72 persen perokok mengatakan akan berhenti merokok jika harga rokok dinaikkan jadi 50 ribu rupiah.

Wacana kebijakan ini dinilai bagus dari sisi kesehatan dan pendidikan masyarakat, namun di sisi lain juga dinilai bisa mematikan industri. Ada kekhawatiran, jika harga rokok naik maka pendapatan petani tembakau dan buruh di pabrik rokok akan berkurang. Nah, pertanyaannya, sebegitu perlukah harga rokok dinaikkan? Menurut saya, tentu saja perlu. Banget malahan. Kenapa? Izinkan saya sampaikan alasannya dalam poin-poin berikut.

  1. Pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan yang sangat pokok. Harus diutamakan lebih dari kebutuhan apapun. Oleh sebab itu, sangat mengherankan memang jika masyarakat lebih utamakan rokok ketimbang pendidikan dan kesehatan pribadi dan keluarganya. Apalah artinya kenikmatan sesaat yang seharga tidak lebih dari 20 ribu rupiah yang harus dibayar dengan pengobatan di rumah sakit puluhan juta hingga milyaran rupiah, bukan hanya dia yang susah namun juga anak istrinya dan bahkan keluarga besarnya.
  2. Pemasukan dari rokok kepada Negara yang katanya besar itu, tidak sebanding dengan pengeluaran Negara untuk pengobatan mereka yang sakit akibat rokok.
  3. Kekhawatiran terhadap perekonomian petani dan buruh rokok sebetulnya terlalu berlebihan sebab banyak pabrik rokok sudah mulai berubah system produksi dari manual ke mesin. Jadi harga rokok naik atau tidak, cepat atau lembat, pasti akan ada PHK.

Naiknya harga rokok menjadi 50 ribu rupiah, tentu tidak akan serta merta buat mereka yang merokok jadi berhenti merokok. Namun setidaknya para pelajar dan masyarakat tidak mampu akan berpikir ulang jika ingin merokok, bahkan mereka yang sudah sangat kecanduan rokok pun saya yakin akan menghemat rokoknya.

Sebetulnya buat orang-orang yang bijaksana, merokok jelas tidak ada baiknya. Logika sederhananya, Al-Qur’an pernah sebutkan kalau khamr itu ada manfaatnya sebabnya wajar, karena khamr juga air yang pasti akan terserap ke dalam tubuh. Manusia sebagaimana dia diciptakan dari tanah dan air (mani), dia akan mengonsumsi apa yang dari tanah (tumbuhan) dan air. Namun manusia tidak diciptakan dari asap, lha ini malah ingin mengonsumsi asap? Jelas nggak ada titik temunya di logika yang sehat.

Kalau kamu masih merokok, coba hitung-hitung kembali semua pengeluaran yang diperlukan untuk merokok. Saya yakin kamu pasti akan terkejut bahwa dengan uang yang sekian itu, kamu sudah bisa menikah, berbisnis, atau yang paling sederhana namun besar pahalanya, berkurban saat idul adha. Sayang seribu sayang, uangnya malah jadi asap, hilang di udara atau ikut terhisap mereka yang tidak merokok.

Akhirnya, andai wacana kenaikan harga rokok ini betul-betul jadi kebijakan, sebetulnya ini adalah momen yang sangat tepat bagi para perokok untuk berusaha berhenti dari kebiasaan buruknya itu, bukan malah cari alasan pembenaran yang macam-macam. Padahal karena terlanjur doyan merokok saja.

24 Agustus 2016

Rayakan Kemerdekaan!

Kemarin, 17 Agustus 2016, Indonesia merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-71. Kita mesti senang dan bersyukur, sebab dengan kemerdekaan itu kita bisa hidup dengan aman dan tenang. Setidaknya kita tidak lagi diperbudak oleh Bangsa asing. Setidaknya kita bisa menentukan nasib Bangsa kita sendiri. Tapi eits, tunggu dulu, benar nggak sih kita tidak lagi diperbudak Bangsa asing? Benar nggak sih kita bisa berdikari menentukan nasib Bangsa sendiri?

Berita yang beredar di berbagai media cetak dan elektronik, 2 atau 3 tahun belakangan ini, membuat saya menarik sebuah kesimpulan sementara: bangsa kita masih terjajah, namun dengan cara yang lain. Maksud saya, kalau dulu kita dijajah secara fisik, sekarang tidak lagi. Sekarang kita dijajah secara ekonomi, ideologi, politik, hukum, dan pertahanan, demkian seperti yang saya kutip dari buku Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnakri.

Dari segi ekonomi, akibat gelombang kapitalisme yang begitu kuat, hampir seluruh sektor kehidupan ekonomi Bangsa ini dijajah asing. Dijualnya berbagai aset strategis Bangsa ini kepada asing semakin meyakinkan kita adanya ‘penjajahan ekonomi’ oleh asing kepada Bangsa kita. Akibatnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Yang semakin kaya, sebagian besarnya, adalah asing itu sendiri, atau paling tidak adalah antek-anteknya. Bangsa kita semakin terpuruk.

Dari segi ideologi, muncul dan berkembang paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila yang sudah menjadi kesepakatan Bangsa merupakan falsafah dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Misalnya: munculnya ideology neoliberalisme/kapitalisme, komunis gaya baru atau New Left, gerakan radikalisme ekstrim agama yang termanifestasi dalam ISIS/terorisme, dan Syiah.

Dari segi politik, munculnya bentuk feodalisme modern, sehingga muncul fenomena berburu kekuasaan dan materi disertai adanya fanatisme golongan. Di sisi lain, liberalisasi dengan kebebasan yang tanpa batas terus menerus digaungkan melalui berbagai media tanpa melihat realita pendidikan, agama, serta kultur natural Bangsa Indonesia.

Dari segi hukum, KKN yang menjadi alasan utama diadakan reformasi besar-besaran tahun 1998, kini justru menjadi virus mematikan yang menjalar ke semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih parah daripada sebelum tahun 1998, demikian menurut Prof. Mahfudz MD. Belum lagi berbagai kasus pembunuhan, pelecehan seksual, dan narkoba yang kian hari kian menjadi-jadi.

Dari segi pertahanan, persoalan separatisme di Aceh, Maluku, dan Papua adalah persoalan yang sangat serius. Isu potensial lainnya adalah gesekan dengan Negara-negara tetangga mengenai perbatasan.

Kawan-kawan sebangsa dan setanah air, ini penting untuk kita ketahui sebagai generasi muda sehingga bisa memetakan bahwa ke depan inilah yang harus dibenahi di Indonesia. Kita persiapkan dari sekarang, itulah bentuk merayakan kemerdekaan yang sejati. Yuk rayakan kemerdekaan!

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-71

MERDEKA!

 

18 Agustus 2016

Kesalahan Terbesar Sepanjang Sejarah

Seorang petani bernama George Harishon dari Afrika Selatan begitu lelah dengan ladang miliknya yang tidak subur. Berkali-kali dia coba menanam berbagai jenis tanaman,  tetapi selalu saja gagal. Akhirnya dia putuskan untuk menjual ladang miliknya itu kepada suatu perusahaan dengan harga yang sangat murah: 10 pound saja!

Tak disangka, ternyata perusahaan yang membeli ladang miliknya adalah sebuah perusahaan pertambangan. Yang mengejutkan adalah ketika perusahaan sudah mulai menambang, ditemukan ladang tambang emas terbesar dalam sejarah. Tambang itu telah memproduksi 70% total produksi emas dunia hingga saat ini.

Kisah nyata ini mengajarkan pada kita supaya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, sabar, dan tidak pesimis. Lebih daripada itu, dari kisah ini kita belajar untuk selalu mampu all out dalam memanfaatkan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki. Jangan sampai kita tergesa-gesa meraih keuntungan sesaat yang ternyata kerugian setelahnya jauh lebih besar.

Kalau kamu jadi si petani itu, kamu bakal ngapain? Na’udzubillah ya..

Membeli Neraka

Dahulu gereja menjual tanah kavling di surga bagi umat manusia. Semacam sertifikat yang memastikan pemiliknya akan benar-benar masuk surga sebanyak apapun dosa yang ia kerjakan. Tentu saja orang-orang berbondong-bondong membelinya. Siapa yang tidak ingin masuk surga? Gereja pun melihat ini sebagai suatu kesempatan emas untuk mengeruk keuntungan hingga mereka mematok harga yang sangat mahal. Keuntungan yang didapatkan gereja pun sangat tinggi.

Pada suatu hari, datang pemuda Yahudi ke gereja lalu menemui seorang pendeta dan berkata padanya,”Aku ingin membeli semua neraka!“. Sang pendeta terkejut, lalu berunding dengan teman-temannya. Singkat cerita, gereja pun menjual sertifikat semua neraka pada si Yahudi ini karena gereja beranggapan bahwa hanya orang gila saja yang ingin masuk neraka.

Setelah mendapat sertifikat seluruh neraka dari gereja, pemuda Yahudi ini langsung keluar dan menyeru semua manusia untuk berkumpul lalu berkata,”Aku telah membeli seluruh neraka, maka sekarang neraka adalah milikku, dan aku telah menutupnya dan tidak akan ada seorangpun yang akan memasukinya. Maka apa gunanya kalian membeli tanah di surga, sementara kalian telah terjamin tidak akan masuk neraka karena aku telah menutupnya?!“. Tak lupa, pemuda Yahudi ini juga menunjukkan Sertifikat Hak Miliknya. Orang-orang pun percaya.

Sejak saat itu, orang-orang tidak lagi membeli sertifikat surga dari gereja karena neraka yang mereka takutkan, kini sudah ditutup. Tidak masuk surga bukan masalah asal tak masuk neraka, pikir mereka. Gereja merugi. Maka kembalilah gereja kepada pemuda Yahudi ini dan membeli neraka dengan harga yang berkali-kali lipat lebih tinggi daripada saat pemuda Yahudi ini membelinya dulu. Jadi siapa yang gila guys?

Beragama Itu Sederhana

Dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita tidak bisa dan memang tidak boleh melakukannya literally begitu saja sebab tiap orang dengan latar belakang dan kadar keilmuan yang berbeda-beda memiliki sudut pandang yang berbeda pula satu sama lainnya. Yang paling aman adalah memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah itu sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam memahami dan mengamalkannya.

Mudahnya, kita beribadah sebagaimana mereka (para sahabat Nabi) beribadah. Melakukan apa yang mereka lakukan dan tidak melakukan apa yang tidak mereka lakukan. Kenapa? Karena apa yang mereka lakukan itu sudah mendapat legitimasi dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam langsung dan mereka bahkan mendapat jaminan surga atas apa yang mereka lakukan itu. Ya kita cari aman saja. Sebab perintah Nabi Muhammad sendiri seperti itu.

Atas dasar ini pula, muncul istilah Bid’ah: yaitu ibadah yang tidak pernah dilakukan bahkan tidak pula dikenal oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat Beliau. Nah, Bid’ah ini terlarang sebab ia seperti mencampur/menambahkan sesuatu ke dalam agama yang tidak seharusnya ada karena tidak ada contohnya. Contoh sederhananya: Resep membuat secangkir kopi Vietnam adalah kopi dan susu kental manis, namun kalau kita tambahkan sianida (sesuatu yang mestinya tidak ada), maka rusaklah sudah.

By the way, saya jadi teringat dengan percakapan saya dengan seseorang mengenai Bid’ah. Katanya, kalau kita tidak ingin berbuat bid’ah, ya sekalian saja jangan naik mobil, naik unta saja. Jangan pakai Facebook, pakai surat tangan saja. Ini pemahaman yang salah. Ingat, bid’ah itu hanya dalam masalah ibadah. Sekali lagi, bid’ah hanya dalam masalah ibadah. Kalau Nabi Muhammad dan para sahabat tidak mengendarai mobil, ya wajar karena mobil memang belum ada. Demikian pula dengan Facebook, internet, dsb. Namun mengapa Nabi Muhammad tidak tahlilan padahal tahlil sudah ada? Mengapa Nabi Muhammad dan para sahabat Beliau tidak yasinan padahal surat yasin juga sudah ada? Monggo dijawab.

Menurut saya, sebenarnya beragama itu sederhana. Ikuti apa yang ada dari Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat Beliau, maka kita selamat. Sudah. Namun banyak orang merasa kurang, lalu berkreasi, padahal yang sudah ada saja sudah banyak, itupun belum diamalkan dengan benar dan menyeluruh.

 

11 Agustus 2016

Full Day School?

Wacana “Full Day School” dari Menteri Pendidikan Nasional sungguh wacana yang baik asalkan porsi pembelajaran agama dan etika ditambah, metodologi pengajaran diperbaiki, dan sarana/prasarana tiap sekolah ditingkatkan.

Saya tidak setuju dengan anggapan bahwa siswa akan tertekan dan kehilangan waktu bermainnya sebab dengan jam sekolah yang ditambah, justru siswa akan punya lebih banyak waktu bermain dengan teman-temannya.

Saya juga tidak setuju dengan anggapan bahwa siswa akan kurang bersosialisasi dengan masyarakat sebab faktanya kebanyakan siswa saat ini, tiap pulang sekolah, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget ketimbang bersosialiasi dengan masyarakat. Dengan jam sekolah yang ditambah, setidaknya penggunaan gadget oleh siswa akan lebih terkendali.

Lagipula pengalaman saya nyantri selama 5 tahun, dimana saya belajar dan tinggal di Pesantren 24 jam, tidak lantas membuat teman-teman dan saya sendiri menjadi tertekan dan tidak bermasyarakat. Justru kami merasa senang karena waktu yang kami habiskan menjadi lebih bermakna karena sedikit yang terbuang percuma.

Yang terpenting memang harus ada kesiapan dan komitmen yang kuat dari Pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional beserta jajarannya sebelum mewujudkan wacana ini menjadi sebuah program Pemerintah supaya selanjutnya tidak ada kesan Pemerintah mencla-mencle mengurus Pendidikan di Negara ini.

 

 

Rabu, 10 Agustus 2016